Sabtu, 13 Januari 2018

KAMU KEMANA?

Tuhan selalu punya cara sendiri memainkan lakon para ciptaannya. Bintang yang hanya terlihat di malam hari, matahari yang hanya diam sambil di kelilingi planet lain, ikan patin yang hanya bisa hidup di air tawar, semut yang selau bersalaman ketika saling bertemu, daun yang jatuh dan di ganti dengan daun yang lain. Semua seperti sudah tak terskema, tak di elakan lagi, mengalir, berlanjut seperti biasa.

Aku yang di kala itu sedang sendiri, menikmati hari sendiri, menikmati detakan jarum jam yang setiap malam lebih jelas terdengar, damai dalam setiap hembusan nafas, tak pernah ingin berubah, hanya ingin seperti ini.

Bangun pagi, menyembah sang pencipta, tersenyum kepada siapa saja yang aku temui, melakukan apa yang ingin aku lakukakan saja, tidak pernah ingin berangan yang lain.

Tapi itu sebelum aku menjumpai kamu,
Di suatu siang yang hangat di bulan Desember, aku seperti terkena hembusan angin yang menyapu wajah, masuk melalui pori-pori, dan bersemayam di hati sebelah kiri. Deg-degannya berbeda, gemetar jariku saat ingin membalas pesan darimu, gerogi ketika ingin saling sapa dan ingin mengucapkan, Hai. -dan kamu membalas.

Kamu, yang tak pernah aku undang, yang tak pernah aku harapkan, datang dengan sendirinya, kamu sok kenal, kamu sok akrab, dan lama-kelamaan malah membuat aku merasa nyaman. Hal ini membuat aku berubah bahwa hidup tidak hanya itu-itu saja, membuat aku merasa bahwa ada sandaran lain selain ayah yang bisa aku harapkan.

Ketika satu hari saja tak ada kabar, membuat aku tidak bisa tidur nyenyak lagi setiap malam, membuat aku tidak begitu jelas lagi mendengar detakan jarum jam setiap malam.

Berbalas pesan dan saling mendengarkan satu sama lain, bercerita bahwa diri ini tidak ada satupun kelebihan yang aku miliki dan kamu pun mulai menenangkan hati. Ini membuat aku berdoa lebih sering, Tuhan inikah pendampingku nanti.

Hatiku berucap "Ah, ini masih lama. Nikmatin saja yang ada".

Dan aku benar-benar nyaman sekarang.

Di saat aku mulai merasa bahwa hidup ini memang benar-benar indah, aku tidak pernah mengeluh. Sampai pada suatu ketika, kamu tidak ada kabar. Aku berfikir mungkin kamu terlalu sibuk untuk mengabari aku, aku tidak mau mengganggumu dengan memaksa kamu untuk ngabarin aku. Saking khawatirnya aku sama kamu sampai aku tidak mau posesif dan menanyakan kepada siapapun kabar tentang kamu.

Aku sabar disini, melihat handphone yang setiap kali berbunyi aku berharap itu dari kamu, setiap malam aku buka pesan-pesan, cerita kita di pesan itu yang saling berbalas emoticon senyum yang sering di sisipkan, aku membacanya berulang-ulang, berharap kita seperti ini lagi.

Kamu kemana?????????

Kamu dateng dengan cara yang baik dan secara baik-baik. Lalu, kenapa kamu malah pergi begitu saja tanpa penjelasan terlebih dahulu. Apalagi disaat sudah memiliki perasaan sayang lalu di biarkan dan di tinggal pergi.

Kamu kemana?????????

Apa karena aku terlalu santai, tidak pernah protes jika kamu tidak ada kabar, sehingga kamu berfikir bahwa aku akan baik-baik saja jika di tinggal.
Aku seperti gurun pasir yang merindukan hujan, berlebihan memang tapi inilah faktanya, inilah perasaannya.

Kamu kenapa???????????

Kenapa mesti datang kalau hanya ingin memberi harapan lalu pergi. Kenapa mesti membuat aku sayang kalau pada akhirnya kamu meninggalkan. Meninggalkan seseorang yang sudah menyayangimu dan mengharapkanmu, kamu kira hal seperti ini mudah dan tidak menyakiti, justru karena kamu pergi dan menghilang tiba-tiba, aku merasa begitu kesakitan. Tidak pernah habis fikir kenapa kamu seperti ini.

Apa karena pertemuan kita singkat, sehingga kamu fikir ini tidak salah?
Tidak bisakah sebelum pergi mempunyai inisiatif untuk pamit terlebih dahulu. Datang kepadaku lalu bilang "Aku akan pergi".
Siapa tahu aku bisa mendoakan-mu dari sini, berharap kamu baik-baik saja, tidak mengalami hal yang aku rasain sekarang. Dimanapun kamu berada, semoga suatu saat nanti kamu tidak merasakan apa yang aku rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar